Sabtu, 30 Mei 2020

CETAK BUKTI PENDAFTARAN TPQ MADIN FHM NGUNUT 2020

Selasa, 24 September 2013

TPQ FHM LK 02 BEJI NGUNUT

Asalamu Alaikum Wr. Wb. yang kami hormati seluruh muslimin walmuslimat. pertama mari kita panjatkan rasa puji syukur kita kehadirat Alloh SWT. yang mana Alloh telah melimpahkan Rahmat Taufiq Hidayah SErta Inayah-Nya Sehingga kita dapat menjalankan Aktifitas Sehari hari. dengan keadaan yang bahagia. sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW. yang Mana beliau telah menjadi suri tauladan kita semua sehingga kitam dapat menemukan hidup yang penuh dengan kebahagiaan juga penuh dengan keberkahan,,dan mudah-mudahan kita mendapat syafaat Beliau besuk di hari qiyamat Amin.

sehububungan dengat meningkatnya pergaulan zaman...yang sangat kurang baik ini, dan sedikitnya orang yang mau mencari ilmu agama,, maka sebaiknya menjadi orang tua harus benar- benar dapat mendidik anaknya dengan sebaik- baiknya..karena zaman yang sudah semakin dekat dengan hari akhir ini banyak sekali anak-anak yang tidak mematuhi kata- kata orang tuanya, suka berbuat yang tak ada di dalam ajaran agama Islam, bahkan banyak sekali yang anak durhaka kepada orang tuanya sendiri...perbuatan seperti itu adalah perbuatan yang sangat di benci oleh Alloh SWT. jadi sebagai orang tua harus berhati- hati dan selalu memperhatikan anaknya disaat bergaul di luar rumah dan jauh dari jangkauan orang tua. karena pergaulan diluar sudah sangat mencemaskan dan menyusahkan. banyak sekali yang berbuat seenaknya kepada siapapun yang diinginkanya. pembunuhan, pencurrian, bahkan sampai perbuatan yang tidak kita inginkan. semoga anak-anak kita tidak tergolong sebagai orang yang jahat la'nat.
maka dari itu kita sebagai orang tua sudah berkewajiban untuk mendidik seorang anak dengan sebaik- baiknya. tetapi jangan sampai mendidik anak yang masih kecil  dengan cara selalu melarang perbuatan yang dilakukanya dan kekerasan mental. biarkanlah anak kecil mau berbuat apapun yang di inginkanya, kecuali yang dilakukan seorang anak itu membahayakan dirinya juga merugikan orang lain itu boleh melarangnya  karena pada waktu berbuat sesuatu itulah otak seorang anak dapat berkembang melalui pekerjaanya sendiri. dan apa bila melakukan sesuatu selalu kita larang selalu kita kerasi dengan cara memukul atau membentak maka salah satu syaraf otaknya akan putus karena ketakutan dengan kekerasan yang telah kita lakukan, setelah itu maka akan terjadi kekurangan dalam pemikiranya.


Menjadi orangtua pada zaman globalisasi saat ini tidak mudah.  Apalagi jika orangtua mengharapkan anaknya tidak sekadar menjadi anak yang pintar, tetapi juga taat dan salih. Menyerahkan pendidikan sepenuhnya kepada sekolah tidaklah cukup.  Mendidik sendiri dan membatasi pergaulan di rumah juga tidak mungkin. Membiarkan mereka lepas bergaul di lingkungannya cukup berisiko.  Lalu, bagaimana cara menjadi orangtua yang bijak dan arif untuk menjadikan anak-anaknya taat pada syariah?
Asah Akal Anak untuk Berpikir yang Benar
Hampir setiap orangtua mengeluhkan betapa saat ini sangat sulit mendidik anak.  Bukan saja sikap anak-anak zaman sekarang yang lebih berani dan agak ‘sulit diatur’, tetapi juga tantangan arus globalisasi budaya, informasi, dan teknologi yang turut memiliki andil besar dalam mewarnai sikap dan perilaku anak.
“Anak-anak sekarang beda dengan anak-anak dulu.  Anak dulu kan takut dan segan sama orangtua dan guru.  Sekarang, anak berani membantah dan susah diatur.  Ada saja alasan mereka!”
Begitu rata-rata komentar para orangtua terhadap anaknya.  Yang paling sederhana, misalnya, menyuruh anak shalat.  Sudah jamak para ibu ngomel-ngomel, bahkan sambil membentak, atau mengancam sang anak agar mematikan TV dan segera shalat.  Di satu sisi banyak juga ibu-ibu yang enggan mematikan telenovela/sinetron kesayangannya dan menunda shalat. Fenomena ini jelas membingungkan anak.
Pandai dan beraninya anak-anak sekarang dalam berargumen untuk menolak perintah atau nasihat, oleh sebagian orangtua atau guru, mungkin dianggap sebagai sikap bandel atau susah diatur. Padahal bisa jadi hal itu karena kecerdasan atau keingintahuannya yang besar membuat dia menjawab atau bertanya; tidak melulu mereka menurut dan diam (karena takut) seperti anak-anak zaman dulu.
Dalam persoalan ini, orangtua haruslah memperhatikan dua hal yaitu: Pertama, memberikan informasi yang benar, yaitu yang bersumber dari ajaran Islam.  Informasi yang diberikan meliputi semua hal yang menyangkut rukun iman, rukun Islam dan hukum-hukum syariah.  Tentu cara memberikannya bertahap dan sesuai dengan kemampuan nalar anak.  Yang penting adalah merangsang anak untuk mempergunakan akalnya untuk berpikir dengan benar. Pada tahap ini orangtua dituntut untuk sabar dan penuh kasih sayang. Sebab, tidak sekali diajarkan, anak langsung mengerti dan menurut seperti keinginan kita. Dalam hal shalat, misalnya, tidak bisa anak didoktrin dengan ancaman, “Pokoknya kalau kamu nggak shalat dosa. Mama nggak akan belikan hadiah kalau kamu malas shalat!”
Ajak dulu anak mengetahui informasi yang bisa merangsang anak untuk menalar mengapa dia harus shalat.  Lalu, terus-menerus anak diajak shalat berjamaah di rumah, juga di masjid, agar anak mengetahui bahwa banyak orang Muslim yang lainnya juga melakukan shalat.
Kedua, jadilah Anda teladan pertama bagi anak. Ini untuk menjaga kepercayaan anak agar tidak ganti mengomeli Anda—karena Anda hanya pintar mengomel tetapi tidak pintar memberikan contoh.
Terbiasa memahami persoalan dengan berpatokan pada informasi yang benar adalah cara untuk mengasah ketajaman mereka menggunakan akalnya. Kelak, ketika anak sudah sempurna akalnya, kita berharap, mereka mempunyai prinsip yang tegas dan benar; bukan menjadi anak yang gampang terpengaruh oleh tren pergaulan atau takut dikatakan menjadi anak yang tidak ‘gaul’.
Tanamkan Akidah dan Syariah Sejak Dini
Menanamkan akidah yang kokoh adalah tugas utama orangtua.  Orangtualah yang akan sangat mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya sendi-sendi agama dalam diri anak. Rasulullah saw. bersabda:
Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Ibu dan bapaknyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi. (HR al-Bukhari).
Tujuan penanaman akidah pada anak adalah agar si anak mengenal betul siapa Allah.  Sejak si bayi dalam kandungan, seorang ibu bisa memulainya dengan sering bersenandung mengagungkan asma Allah.  Begitu sudah lahir, orangtua mempunyai kesempatan untuk membiasakan si bayi mendengarkan ayat-ayat al-Quran.  Pada usia dini anak harus diajak untuk belajar menalar bahwa dirinya, orangtuanya, seluruh keluarganya, manusia, dunia, dan seluruh isinya diciptakan oleh Allah. Itu sebabnya mengapa manusia harus beribadah dan taat kepada Allah.
Lebih jauh, anak dikenalkan dengan  asma dan sifat-sifat Allah. Dengan begitu, anak mengetahui betapa Allah Mahabesar, Mahaperkasa, Mahakaya, Mahakasih, Maha Melihat, Maha Mendengar, dan seterusnya.  Jika anak bisa memahaminya dengan baik, insya Allah, akan tumbuh sebuah kesadaran pada anak untuk senantiasa mengagungkan Allah dan bergantung hanya kepada Allah.  Lebih dari itu, kita berharap, dengan itu akan tumbuh benih kecintaan anak kepada Allah; cinta yang akan mendorongnya gemar melakukan amal yang dicintai Allah.
Penanaman akidah pada anak harus disertai dengan pengenalan hukum-hukum syariah secara bertahap.  Proses pembelajarannya bisa dimulai dengan memotivasi anak untuk senang melakukan hal-hal yang dicintai oleh Allah, misalnya, dengan mengajak shalat, berdoa, atau membaca al-Quran bersama.
Yang tidak kalah penting adalah menanamkan akhlâq al-karîmah seperti berbakti kepada orangtua, santun dan sayang kepada sesama, bersikap jujur, berani karena benar, tidak berbohong, bersabar, tekun bekerja, bersahaja, sederhana, dan sifat-sifat baik lainnya.  Jangan sampai luput untuk mengajarkan itu semua semata-mata untuk meraih ridha Allah, bukan untuk mendapatkan pujian atau pamrih duniawi.
Kerjasama Ayah dan Ibu
Tentu saja, anak akan lebih mudah memahami dan mengamalkan hukum jika dia melihat contoh real pada orangtuanya.  Orangtua adalah guru dan orang terdekat bagi si anak yang harus menjadi panutan.  Karenanya, orangtua dituntut untuk bekerja keras untuk memberikan contoh dalam memelihara ketaatan serta ketekunan dalam beribadah dan beramal salih.  Insya Allah, dengan begitu, anak akan mudah diingatkan secara sukarela.
Keberhasilan mengajari anak dalam sebuah keluarga memerlukan kerjasama yang kompak antara ayah dan ibu. Jika ayah dan ibu masing-masing mempunyai target dan cara yang berbeda dalam mendidik anak, tentu anak akan bingung, bahkan mungkin akan memanfaatkan orangtua menjadi kambing hitam dalam kesalahan yang dilakukannya. Ambil contoh, anak yang mencari-cari alasan agar tidak shalat.  Ayahnya memaksanya agar shalat, sementara ibunya malah membelanya. Dalam kondisi demikian, jangan salahkan anak jika dia mengatakan, “Kata ibu boleh nggak shalat kalau lagi sakit. Sekarang aku kan lagi batuk, nih…”
Peran Lingkungan, Keluarga, dan Masyarakat
Pendidikan yang diberikan oleh orangtua kepada anak belumlah cukup untuk mengantarkan si anak menjadi manusia yang berkepribadian Islam.  Anak juga membutuhkan sosialisasi dengan lingkungan tempat dia beraktivitas, baik di sekolah, sekitar rumah, maupun masyarakat secara luas.
Di sisi inilah, lingkungan dan masyarakat memiliki peran penting dalam pendidikan anak. Masyarakat yang menganut nilai-nilai, aturan, dan pemikiran Islam, seperti yang dianut juga oleh sebuah keluarga Muslim, akan mampu mengantarkan si anak menjadi seorang Muslim sejati.
Potret masyarakat sekarang yang sangat dipengaruhi oleh nilai dan pemikiran materialisme, sekularisme, permisivisme, hedonisme, dan liberalisme merupakan tantangan besar bagi keluarga Muslim.  Hal ini yang menjadikan si anak hidup dalam sebuah lingkungan yang membuatnya berada dalam posisi dilematis.  Di satu sisi dia mendapatkan pengajaran Islam dari keluarga, namun di sisi lain anak bergaul dalam lingkungan yang sarat dengan nilai yang bertentangan dengan Islam.
Tarik-menarik pengaruh lingkungan dan keluarga akan mempengaruhi sosok pribadi anak.  Untuk mengatasi persoalan ini, maka dakwah untuk mengubah sistem masyarakat yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam mutlak harus di lakukan. Hanya dengan itu akan muncul generasi Islam yang taat syariah. Insya Allah. []
Sembilan Tips Mendidik Anak Taat Syariah
1.Tumbuhkan kecintaan pertama dan utama kepada Allah.
2.Ajak anak Anda mengidolakan pribadi Rasulullah.
3.Ajak anak Anda terbiasa menghapal, membaca, dan memahami al-Quran.
4.Tanamkan kebiasaan beramal untuk meraih surga dan kasih sayang Allah.
5.Siapkan reward (penghargaan) dan sakgsi yang mendidik untuk amal baik dan amal buruknya.
6.Yang terpenting, Anda menjadi teladan dalam beribadah dan beramal salih.
7.Ajarkan secara bertahap hukum-hukum syariah sebelum usia balig.
8.Ramaikan rumah, mushola, dan masjid di lingkungan Anda dengan kajian Islam, dimana Anda    ....dan anak Anda berperan aktif.
9.Ajarkan anak bertanggung jawab terhadap kewajiban-kewajiban untuk dirinya, keluarganya, lingkungannya, dan dakwah Islam.
jadi yang terpenting bagi orang tua adalah :
memberikan waktu untuk belajar ke pendidikan Al- Qur'an contoh ke TPQ agar anak bisa mengerti bacaan Al- Qur'an dengan harapan agar anak mendapat hidayah dari Alloh SWT. sehingga menjadi anak yang pandai sholeh dan sholehah sehinnga menjadi anak yang bisa membawa berkah di keluaga di dalam agama di dunia dan sampai akherat. jangan hanya di beri pengetahuan UMUM terus menerus karena semua pendidikan itu sangat penting apalagi tentang pendidikan Agama, jangan sampai di kalahkan dengan pendidikan apapun. karena ilmu agamalah yang akan menyelamatkan kita semua sampai akhirat nanti. imbangkanlah ilmu UMUM dan ilmu AGAMA jangan Hanya pendidikan umum yang di depankan. dan yang harus kita ingat adalah masa depan seorang anak. anak itulah satu-satunya harapan orang tua di masa yang akan datang, karena apabila kita sudah di panggil yang Maha Kuasa, tidak akan membawa apa-apa dari apa yang kita miliki di dunia ini. dan hanya 3 perkara yang kita jadikan bekal.
1. AMAL JARIAH
2. ILMU YANG BERMANFA'AT
3. DO'A ANAK YANG SHOLIH SHOLIHAH.
PENGAJARAN DI TPQ FAR'U HIDATYATUL MUBTADI'IEN 
lingkungan 02 Beji Ngunut Tulungagung
1. pengajaran Jilid dan Al-Qur'an.
2. pengajaran menulis huruf- huruf Al-Qur'an.
3.pengajaran praktek sholat dan bacaanya, setiap hari minggu, mulai jilid 1 sampai                ...kelas...........Al-Qur'an.
4. pengajaran tentang Ilmu Tajwid , Ilmu Akhlaq , Ilmu Fiqih,  Ilmu Tauhid. dan belajar memahami ....tulisan PEGON pelajaran ini hanya .....diberikan kepada anak yang sudah sampai Al-Qur'an.
5. cerita tentang kisah-kisah para nabi.
6. hafalan surat-surat pendek dan surat yasin, bagi yang sudah benar-benar lancar dalam ......menbaca Al-Qur'an.
7. pengajaran tentang do'a do'a pilihan.

JAM MASUK PUKUL 16.00 ( jam empat sore ) SAMPAI PUKUL 17.15 ( jam lima lebih lima belas menit ) LIBUR HARI JUM'AT.

TPQ FHM BEJI NGUNUT /Tips Sederhana Mengajarkan Al Quran Pada Anak (Metode Talkin)


Telah kita ketahui betapa besar pahala mengajarkan Al-Quran, sebagaimana hadits berikut:

عن عثمان بن عفّان رضي الله عنه عنِ النبيِّ صلى الله عليه و سلّم قال : خيركم من تعلّم القرآن و علّمه

Dari ‘Utsman radhiyallahu’anhu,  dari Nabi shallallahu’alaihi wasallam bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al Quran dan mengajarkannya.” (HR Bukhari no.5027)

Dalam hadits ini tidak ada pembatasan usia tentang usia berapa kita belajar dan  siapakah orang yang kita ajari. Maka kita mengajarkan Al Quran kepada anak juga termasuk kedalam cakupan hadits ini. Namun demikian, tidak semua wanita dapat mengajarkan Al Quran kepada anak (baik anak kandung atau selainnya) dengan baik.

Mengingat begitu besarnya keutamaan mengajarkan Al Quran, saya ingin berbagi tips kepada para pembaca sekalian yang saya ambil dari buku Kurikulum Pendidikan Anak Muslim yang ditulis oleh Syaikh Fuhaim Musthafa.

  • Sebelum pengajar mulai membacakan surat, ia harus mengingatkan anak agar memusatkan perhatiannya terhadap apa yang akan dibacakan. Yang demikian itu supaya hal-hal berikut dapat terwujud:
    - Anak menyimak bacaan pengajar sehingga bisa menirukan setiap harakat huruf, ketika berhenti saat waqaf pada tempat –tempat berhenti serta cara mengucapkan huruf per huruf secara benar.
    - Hati anak menjadi khusyu’, tenang, dan menghormati bacaan Al Quran saat mendengarkannya.Melatih anak membaca Al-Quran langsung dari mushaf. Di samping itu juga memperkenalkan kepadanya tanda-tanda waqaf dan istilah-istilah untuk memperbaiki bacaan pada setiap ayat seperti, mad, idgham, sukun, menebalkan huruf qalqalah, memperjelas makhraj (tempat keluarnya) setiap huruf, hamzah washal, hamzah qatha’   dan lain sebagainya.

  • Sebelum pengajar membacakan surat, ia memulai dengan pembicaraan ringan yang menjadikan anak semangat mempelajari surat tersebut dan memahami maknanya.

  • Memperdengarkan bacaan Al Quran pada pendengaran anak dengan bacaan yang khusyu’ lebih dari satu kali.

  • Anak diminta membaca surat itu sepenggal –penggal secara bersama-sama lebih dari satu kali

  • Sementara itu sang pengajar membenarkan kesalahan-kesalahan yang terjadi pada anak saat membaca Al Quran.

  • Pengajar menyuruh beberapa anak mengulangi surat yang sudah dibacakan secara bersamaan. Kemudian menyuruh beberapa anak yang lain dan seterusnya.

  • Setelah itu pengajar menyuruh anak satu per satu membaca Al Quran, pengajar menyuruh salah seorang anak untuk membaca Al Quran  setelah ia memberi contoh bacaannya. Kemudian meminta anak lainnya melakukan hal serupa, dan seterusnya.

  • Pengajar hendaknya mendiskusikan makna surat kepada anak  dengan memberikan pertanyaan ringan. Hingga pengajar benar-benar mengetahui bahwa seluruh anak sudah memahami makna surat dengan baik.

  •  Pengajar Al-Quran harus menanamkan dalam jiwa anak bahwa mempelajari Al-Quran adalah ibadah. Allah ta’ala memberikan pahala yang sangat besar.

  • Pengajar harus mempunyai target pada pertemuan itu anak harus mengulangi ayat-ayat yang diajarkan dengan membacanya berkali-kali.

  • Harus diperhatikan oleh pengajar yaitu membenarkan bacaan anak supaya jangan sampai salah sedikitpun. Karena yang sedikit itu akan dibawa sampai dewasa jika tidak dibetulkan.

  • Menjadi catatan untuk pengajar bahwa anak difahamkan dengan makna ayat-ayat yang dia pelajari dengan pemahaman sederhana, sesuai tingkatan akalnya.

Dalam mengajar tentu saja pasti ada hambatan-hambatan, maka hendaklah selalu berdo’a kepada Allah supaya diberi kesabaran dan keteguhan niat. Karena terkadang dikarenakan hambatan-hambatan yang ada, seorang pengajar menjadi putus asa.